Rabu, 10 April 2013

PENGGUNAAN SIG DALAM KELAUTAN DAN PERIKANAN


                         PENGGUNAAN SIG DALAM KELAUTAN DAN PERIKANAN



Dosen Penanggung Jawab/ Pengampu:
 Rusdi Leidonald, S.Pi, M.Si

Oleh:

        
Daniel Sinaga
110302022






















MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan yang berjudul   Penggunaan SIG Dalam Kelautan Dan Perikanan. Makalah ini dibuat sebagai landasan utama dalam membahas tentang Penggunaan SIG di dalam kelautan dan perikanan dan memenuhi sistem kredit semester (SKS) dalam Strata Satu (S-1).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rusdi Leidonald, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Sistem Informasi Sumberdaya Perairan yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan makalah sistem informasi sumberdaya perairan ini.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran, guna perbaikan makalah yang akan datang.



Medan,     April  2013


         
Penulis





 

DAFTAR ISI


                                                                                              
KATA PENGANTAR...................................................................................   i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya kelautan dan perikanan perlu diperhatikan daya dukung dan kemampuan asimilasi wilayah laut, pesisir dan daratan dalam hubungan ekologis, ekonomis, dan sosial. Kesinambungan ketersediaan sumber daya ini merupakan kunci dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Semua negara mampu mengembangkan suatu pola pemanfaatan yang berkelanjutan dan mempelajari bagaimana mengimplementasikan prinsip pengelolaan kelautan (ocean management) (Haris,dkk., 2003).
Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan di Indonesia selama ini, banyak isu-isu mendesak yang perlu mendapat perhatian, antara lain: pertambahan jumlah penduduk di wilayah pesisir yang cukup pesat dan memerlukan sumber daya kelautan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya; masih banyaknya praktek pemanfaatan sumber daya perikanan yang merusak dan illegal; tidak seimbangnya pemanfaaatan sumberdaya antar kawasan dan antar jenis sumber daya; adanya pemahaman yang sempit dalam implementasi otonomi daerah serta belum lengkapnya peraturan operasional; dan belum sinerginya pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dalam satu kesatuan kebijakan dan perencanaan yang komprehensif (Aini, 2008).
Sistem Informasi Geografis ( SIG ) merupakan komputer yang berbasis pada sistem informasi yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisa terhadap permukaan geografi bumi. Definisi SIG selalu berubah karena SIG merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif masih baru (Muhammad,   2006).
Data yang merepresentasikan dunia nyata (real world) dapat disimpan, dimanipulasi, diproses, dan direpresentasikan dalam bentuk yang lebih sederhana dengan layerlayer tematik yang direlasikan dengan lokasi-lokasi geografi di permukaan bumi. Hasilnya dipergunakan untuk pemecahan banyak masalah-masalah dunia nyata seperti dalam perencanaan dan pengambilan keputusan menyangkut data kebumian (Kristianto, 2004).


1.2 Tujuan
Mengetahui penggunaan SIG dalam bidang Kelautan dan Perikanan, dengan mengetahui penggunaan SIG pengelolaan kelautan dan perikanan dapat berlangsung dengan mudah.





 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


 Manajer Perikanan akan tertarik dimana usaha perikanan terkonsentrasi; dimana jumlah ikan yang tertangkap banyak; apa hubungan antara menangkap dan usaha, dll, dan banyak hal menarik yang berhubungan dengan usaha perikanan tangkap dapat dianalisis dengan SIG (Pressman, 1997).


SIG pada pengelolaan wilayah pesisir dapat diaplikasikan untuk pengaturan tata ruang wilayah pengelolaan, antara lain; untuk menduga wilayah potensi wisata, potensi perikanan, dan wilayah pengembangan budidaya perikanan pesisir. Selain itu SIG juga dapat digunakan untuk melihat terjadinya berbagai perubahan penggunaan lahan di wilayah pesisir (Sommerville, 2000).
Secara teknis SIG dapat mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta digital yang tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam data peta digital yang menggambarkan posisi dari ruang (space) dan klasifikasi, atribut data dan hubungan antara item data (Antoro, 1998)
SIG dapat diaplikasikan untuk pengaturan wilayah pesisir dan laut, misalnya untuk menduga potensi wilayah pariwisata, potensi wilayah perikanan tangkap, potensi wilayah budidaya tambak dan budidaya laut, dan potensi wilayah pembangunan pelabuhan. Selain itu SIG juga digunakan untuk melihat perubahan penggunaan lahan di wilayah pesisir (Boyd, 1982).
Walaupun tidak secara langsung dengan GIS aplikasi untuk manajemen perikanan dalam dilakukan, jelas bahwa tanpa masukan data besar maka aplikasi GIS untuk perikanan dan kelautan tidak dapat berfungsi. Maka di beberapa daerah utama perikanan yang besar upaya membangun data database, metadata set telah dilakukan (Budiyanto, 2002).
Gambar : Lokasi Penangkapan Ikan Pelagis di Pantai Afrika Selatan

Sebagaimana halnya perkembangan aplikasi SIG untuk kelautan dan perikanan di dunia yang cukup lambat sama halnya di Indonesia. Banyak faktor yang menghambat perkembangan SIG dalam sektor perikanan dan kelautan di Indonesia diantaranya, keterbatasan sumberdaya manusia, perangkat keras dan lunak serta minimnya ketersediaan data spasial kelautan di Indonesia (Dahuri, 1997 ).
       Teknologi Penginderajaan Jarak Jauh (Inderaja) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan informasi tentang sumber daya perikanan dan infrastruktur yang telah dikembangkan. Perpaduan antara Inderaja dan SIG dapat digunakan untuk menganalisis dan mengalokasikan lahan yang tepat sebagai lokasi budidaya Kerapu Macan dengan KJA. Inderaja dan SIG merupakan dua contoh yang banyak digunakan saat ini dalam menganalisa terjadinya perubahan muka bumi dan perkembangan suatu kawasan. Kelebihan dari SIG dan Penginderaan jauh adalah keefektifan dalam memperoleh dan mengolah data mengenai perubahan penutupan suatu lahan (Lo, 1995).
Penginderaan jauh secara praktis dapat dinyatakan sebagai suatu kegiatan mengamati atau melihat suatu objek pada suatu jarak tertentu dengan mendeteksi atau mengukur sifat-sifat (karakteristik) dominan objek tersebut tanpa mendatangi secara langsung objek tersebut. Pengertian penginderaan jauh yaitu pengamatan atau pemantauan berbagai aspek yang erat hubungannya dengan muka bumi dan dilakukan dengan sensor atau detektor yang ditempatkan pada satelit, pesawat terbang atau balon udara (Effendi, 2003).
                     Gambar : Penginderaan Jauh Dengan Menggunakan Satelit 
Sensor adalah alat pengumpul data dan pencatat radiasi elektromagnetik yang digunakan dalam proses pengambilan data penginderaan jauh. Berbagai sensor umumnya dipasang pada wahana (platform) yang dapat berupa pesawat terbang, balon, satelit, atau wahana lainnya. Obyek yang teramati oleh sensor adalah objek yang terdapat di permukaan bumi, di atmosfer, dan di antariksa (Purwadhi, 2001). Setelah dicatat oleh sensor, data akan dikirimkan ke stasiun 17 penerima dan diproses menjadi format yang siap pakai, diantaranya berupa citra. Citra tersebut diinterprestasikan untuk mendapatkan informasi mengenai target. Proses interprestasi biasanya berupa gabungan antara visual dan digital dengan bantuan komputer dan perangkat lunak (software) pengolah citra (Widodo, 2004).
Terdapat beberapa komponen dalam sistem penginderaan jauh (Purwadhi, 2001);
a. Matahari sebagai sumber energi berupa radiasi elektromagnetik.
b. Atmosfer merupakan media lintasan dari energi elektromagnetik.
c. Sensor adalah alat yang mendeteksi radiasi gelombang elektromagnetik dari suatu   
    objek dan mengubahnya kedalam bentuk sinyal yang bisa direkam.
d. Target yaitu objek atau fenomena yang dideteksi oleh sensor.
Teknologi penginderaan jauh membantu dalam memperoleh data lebih cepat dalam waktu bersamaan dengan areal yang luas. Data penginderaan jauh 18  dapat diproses sesuai dengan faktor yang akan ditampilkan. Data yang dapat dihasilkan oleh citra satelit (Landsat 7 ETM+) untuk budidaya laut bermacam-macam seperti : klorofil-a, suhu permukaan laut, dan muatan padatan tersuspensi . Data lain yang dapat dihasilkan yaitu data keterlindungan lokasi dan kedalaman  adanya pengolahan data kedalaman perairan dan keterlindungan lokasi maka dapat diperoleh pula informasi (data) substrat dasar perairan dangkal. Hasil olahan atau analisis suatu data tersebut harus memiliki suatu rujukan seperti peta tematik, data statistik, dan data lapang data yang di dapat dari pengolahan citra kemudian diolah dengan bantuan sistem informasi geografis (Taranamulia. 2001).
Kemampuan SIG dalam analisis keruangan dan pemantauan dapat digunakan untuk mempercepat dan mempermudah penataan ruang (pemetaan potensi) sumberdaya wilayah pesisir yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya (Kent,  2001).
Secara kaidah, SIG harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) terdiri atas konsep dan data geografis, (2) merupakan suatu informasi dari data yang didapat, ide atau analisis, biasanya berhubungan dengan tujuan pengambilan keputusan, (3) suatu sistem yang terdiri dari komponen, masukan, proses, dan keluaran, dan (4) ketiga hal tersebut difungsikan dalam skenario berdasarkan pada teknologi tinggi.  (Hendiarti. 2003).

                                        Gambar : Digram Pengolahan Data Dengan SIG

Penggunaan SIG pada pengelolaan sumberdaya alam sangat dianjurkan dan telah dikembangkan di beberapa negara untuk berbagai tipe sumberdaya alam, seperti areal konservasi dan pengelolaan hutan. Secara umum keuntungan penggunaan SIG pada perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam sebagai berikut ( Ismail dkk., 2001).
1) Mampu mengintegrasikan data dari berbagai format data (grafik, teks, digital, dan  
     analog) dari berbagai sumber.
2) Memiliki kemampuan yang baik dalam pertukaran data diantara berbagai macam   
     disiplin ilmu dan lembaga terkait.
3) Mampu memproses dan menganalisis data lebih efisien dan efektif dibandingkan    
     pekerjaan manual.
4) Mampu melakukan pemodelan, pengujian, dan pembandingan beberapa alternatif  
     kegiatan sebelum dilakukan aplikasi lapangan.
5) Memiliki kemampuan pembaharuan data yang efisien, terutama grafik.
6) Mampu menampung data dalam volume yang besar.
Sebagian besar penggunaan SIG adalah untuk pengelolaan sumberdaya alam. Sehubungan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir, SIG dapat digunakan untuk menyajikan data dasar keruangan yang terkait dengan masalah: 1) Fisik pesisir antara lain topografi/batimetri, penutupan lahan, aliran sedimen, erosi dan deposisi, iklim, batas habitat dan lain sebagainya; 2) Lingkup manusia/sosial, yaitu berupa data dasar keruangan termasuk batas administratif, distribusi populasi, jaringan transportasi, dan berbagai karakteristik sosial lainnya (Hendiarti, 1999).
                Khusus untuk aplikasi SIG dibidang perikanan,  Lillesand and Kiefer  (1997) menjelaskan tentang penggunaan SIG dibidang tersebut antara lain:
1. Perencanaan untuk zonasi sumberdaya air.
2. Pemetaan zonasi spesies biota air.
3. Pengaruh lingkungan terhadap produksi ikan secara intensif.
4. Identifikasi daerah pusat dimana inovasi kegiatan perikanan kemungkinan akan 
    menyebar.
5. Perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi seluruh provinsi atau kabupaten setelah  
    dilakukan penyelidikan tanah irigasi dan sistem pengirigasian yang efektif. 

Gambar : Peta Potensial Ikan Cucut dan Tenggiri dengan menggunakan SIG

Peta sebagai produk salah satu dari aplikasi SIG untuk pemetaan lokasi budidaya laut adalah suatu alat yang sangat penting dalam perencanaan dan implementasi program pengelolaan wilayah pesisir. Pembuatan peta harus didukung dengan sebuah Geographic Information System software yang mampu menyediakan fungsi-fungsi untuk penyimpanan, pengaturan, dan analisis data geografi,  Pembuatan peta tematik memerlukan penggambaran fakta atau keadaan pemanfaatan lahan wilayah pesisir. Peta tematik adalah suatu peta yang mempunyai tema tertentu, yang harus dilakukan untuk membuat suatu peta (Meaden, 1991).




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN



3.1 Kesimpulan
 1. Sistem Informasi Geografis ( SIG ) merupakan komputer yang berbasis pada sistem informasi yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisa terhadap permukaan geografi bumi.
2. Sistem informasi geografis (SIG) adalah sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, dan personal (manusia) yang dirancang secara efisien untuk memasukkan, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisa dan menyajikan semua jenis informasi yang berorientasi geografis.
3. Secara teknis SIG dapat mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta digital yang tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam data peta digital yang menggambarkan posisi dari ruang (space) dan klasifikasi, atribut data dan hubungan antara item data.
4. Kemampuan SIG dalam analisis keruangan dan pemantauan dapat digunakan untuk mempercepat dan mempermudah penataan ruang (pemetaan potensi) sumberdaya wilayah pesisir yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya 
5. SIG dapat diaplikasikan untuk pengaturan wilayah pesisir dan laut, misalnya untuk menduga potensi wilayah pariwisata, potensi wilayah perikanan tangkap, potensi wilayah budidaya tambak dan budidaya laut, dan potensi wilayah pembangunan pelabuhan. Selain itu SIG juga digunakan untuk melihat perubahan penggunaan lahan di wilayah pesisir.

3.2 Saran
            Diharapkan dalam mata kuliah sistem informasi sumberdaya perairan SIG dapat dipelajari secara detail hingga penggunaan software yang berkaitan sehingga penggunaan SIG dalam bidang kelautan dan Perikanan dapat dipahami mahasiswa dengan baik.




DAFTAR PUSTAKA



Aini, 2008.  Sistem   Informasi   Geografi,  Pengertian  Dan Aplikasinya, STMIK
Amikom. Yogyakarta.

Antoro,   1998.  Pembenihan    Kerapu    Macan    (  Epinephelus   fuscogutattus ).
Departemen  Kelautan  dan  Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan, Balai
Budidaya Laut. Bandar Lampung.

Boyd,   C.   E.   1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier
Scientific Publishing Company. New York

Budiyanto,  E.  2002.  Sistem  Informasi  Geografis:  Menggunakan  ArcView
GIS.  Penerbit Andi. Yogyakarta.  

Dahuri,  R.  1997. Pendayagunaan  Sumberdaya  Kelautan  Untuk  Kesejahteraan
Rakyat . LISPI. Jakarta.

Effendi,   H.  2003. Telaah  Kualitas   Air   Bagi   Pengelolaan   Sumberdaya  dan
Lingkungan Perairan. PT. Kanisius. Yogyakarta.

Haris, S , M.  Pabottingi,  Syarif  H.  Alfitra  S.  Tri Ratnawati  dan  Lili,  R, 2003.
Desentralisasi dan  Otonomi  Daerah. Naskah Akademik dan RUU Usulan
LIPI. Penerbit Pusat Penelitian Politik LIPI, Jakarta.

Hendiarti,  N.,  et  al. 1999. Seminar    Validasi  Data    Inderaja   Untuk    Bidang
Perikanan.  Direktorat Teknologi  Inventarisasi Sumberdaya Alam, BPPT.
. Jakarta.

Hendiarti. 2003.  Investigation  on  Ocean  Color  Remote  Sensing  in  Indonesian
Waters Using SeaWIFS. (Dissertation). The  Faculty  of  Mathematics and
Natural Sciences. Rostock University. Rostock.

Ismail, A. W., Sastrawijaya dan  Sindu S. 2001. Kajian  Teknis  Pembesaran  Ikan
Kerapu Sunu   dalam  Keramba  Jaring  Apung  di   Lahan   Petani.  Pusat
Penelitian   dan   Pengembangan   Eksplorasi   Laut  dan Perikanan.                                       Departemen  Perikanan dan Kelautan Bekerjasama dengan Japan                                             International Cooporation Agency. Jakarta.

Kent, 1985.   Marine   Policy   In Southeast  Asia.  University Of  California Press
, LTD. United States Of America.       

Kristianto, 2004. Rekayasa Perangkat  Lunak (Konsep Dasar). Gava Media.
Yogyakarta.

Lillesand,  T.  M.  dan R.  W.  Kiefer. 1997.  Penginderaan Jauh dan Interprestasi
Citra. Diterjemahkan oleh Dulbahri, Prapto Suharsono, Hartono,                                         Suharyadi ; Sutanto (penyunting) Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Lo, C. P. 1995.Penginderaan  Jauh  Terapan.Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Meaden,  G.  J.  dan J. M. Kapetsky. 1991. Geographical  Information System and
Remote   Sensing   in  Inland  Fisheries  and  Aquaculture.   FAO Fisheries
Technical Paper No. 318. Rome.

Muhammad,   2006.   Sistem   Informasi   Geografis   Berbasis  Desktop dan Web.
PenerbitGava Media, Yogyakarta.

Pressman,  R. S.1997. Software  Engineering  (A   Practitioner’s  Approach). New
York :  McGraw- Hill.

Purwadhi,    F.  S.  H.  2001. Interpretasi   Citra   Digital.  Gramedia  Widiasarana
Indonesia.  Jakarta.

Sommerville,  Ian,  2000. Software   Engineering.  Lancaster  :  Addison - Wesley
Publishers Limited.
Taranamulia. 2001. Teknologi Budidaya  Laut  Dan  Pengembangan Sea Farming
Di Indonesia.  Pusat  Penelitian  dan  Pengembangan  Eksplorasi  Laut dan
Perikanan   bekerja   sama   dengan    Japan   International  Cooperational               
Agency.  Jakarta.

Widodo,   A.  P.  2004.  Buku  Ajar  Basis  Data. FMIPA Universitas Diponegoro.   
Semarang.










Readmore »»